PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA YANG MENCERDASKAN DAN TANGGUNG JAWAB MENGHASILKAN GENERASI LITERAT

Sarwiji Suwandi

Abstract


Melalui surat undangan untuk menjadi pembicara dalam rangka Seminar Nasional di Universitas Kuningan saya diberi tahu bahwa seminar ini mengangkat tema “Berliterasi dengan Bahasa dan Sastra.” Sekurang-kurangnya ada dua kata kunci dalam tema tersebut, yaitu “berliterasi” dan “bahasa dan sastra”.Selain itu, ada satu kata antara kedua kata kunci tersebut, yakni kata dengan yang berarti „menggunakan suatu alat atau media‟. Tatakala dibaca secara lengkap, tema itu kurang lebih dapat dimaknai berliterasi dengan menggunakan bahasa dan sastra (baca: bahasa dan sastra Indonesia) sebagai sarananya.
Kata literasi itu sendiri sering diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis atau sering digunakan untuk mengacu konsep melek aksara atau keberaksaraan. Seturut dengan itu, berliterasi mengacu pada konsep aktivitas membaca atau menulis atau berkemampuan membaca dan menulis.Jika demikian pemaknaannya, tampaknya diskusi tentang tema tersebut momentumnyatelah lewat atau bisa dianggap selesai. Bukankah kita sama-sama tahu bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai wadah dan sekaligus pengembang kebudayaan, bahasa sebagai sarana memahami hasil olah pikir dan rasa manusia yang tertuang dalam teks-teks dan sekaligus sarana mengekspresikan dan mendesiminasikan olah pikir dan rasa orang atau keompok orang kepada orang lain melalui teks-teks juga.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah diskursus berliterasi dengan bahasa dan sastra benar-benar sudah memadai dan memberikan solusi atas permalasalahan yang ada. Tentu belum dan bahkan tidak pernah selesai! Persoalannya bukan semata-mata bahasa sebagai media literasi.Bahkan, jika literasi dibatasi pada makna melek aksara atau
FON ; Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 13 Nomor 2 Tahun 2018
ISSN Elektronik : 2614-7718 | 2
ISSN Cetak : 2086-0609
kebraksaraan pun masih banyak masalah tersisa.Memang, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangiangka buta huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemelekaksaraan masyarakat Indonesia mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8%untuk kategori remaja. Capaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesiatelah melewati tahapan krisis literasi dalam pengertian kemelekaksaraan.

References


Damshäuser, B. 2016.Belajar Dunia kepada Teks, makalah disajika pada Seminar Internasional Riksa Bahasa 10 yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 26 September 2016. Delgadova, E. 2015. Reading literacy as one of the most significant academic competencies for the university students, Procedia-Social and Behavioral Sciences 178 ( 2015 ) 48 – 53. Ismail, T. 2008. Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit. Jakarta: Jayakara Agung Offset.

FON ; Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Volume 13 Nomor 2 Tahun 2018

ISSN Elektronik : 2614-7718 | 17

ISSN Cetak : 2086-0609

Orlick, T. 2002. Nurturing Positive Living Skills for Children: Feeding the Heart and Soul of Humanity .Journal of Excellence . 7, 86-98. Peraturan Menteri Penidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Ravid, D. and Tolchinsky, L. 2002. Developing linguistic literacy: a comprehensive model, Journal of Child Language 29 (2), pp 417-477. Slavin, R. E. 2008.Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, terj. Marianto Samosir. Jakarta: Indeks. Suwandi, S.2014. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks dengan Pendekatan Saintifik dan Upaya Membangun Budaya Literasi makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesi FPBS IKIP PGRI Bojonegoro, 7 Juni.

_________. 2015a. ―Pendidikan Karakter sebagai Peneretas Jalan Mewujudkan Bangsa Indonesia yang Berjati Diri dan Bermarwah‖, makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan yang diselenggarakan STKIP Hamzanwadi Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 10 Januari. _________. 2015b. ―Membangun Budaya Literasi untuk Mengembangkan Profesionalisme Guru dan Dosen Bahasa Indonesia‖, makalah dipresentasikan pada Semnas yang diselenggarakan Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI) bekerja sama dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS, 25 April.

_________. 2016. Pengembangan Budaya Literasi sebagai Investasi Pengukuhan Kemartabatan Bangsa, makalah dipresentasikan dalam Seminar Literasi (Semlit) dengan tema ‖Mengembangkan Literasi di Indonesia‖ yang diselenggarakan oleh JurusanBahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, 29 Oktober 2016.

Wardi, T. D. 2004. Paradigma Baru Literasi, Kompas 23 Novembe.




DOI: https://doi.org/10.25134/fjpbsi.v13i2.1562



Copyright (c) 2018 FON



Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

e-ISSN 2614-7718 | p-ISSN 2086-0609

 Creative Commons License

View My Stats

Jl. Cut Nyak Dien No. 36A Cijoho-Kuningan

Pos. 45513 | [email protected]