Habitat Dan Populasi Burung Madu Sebagai Agen Penyerbuk (Ornithophily) di Kawasan Wisata Alam Pasirbatang Taman Nasional Gunung Ciremai

Nurdin Nurdin, Toto Supartono, Yayan Nurdiana

Abstract


Aktifitas harian kawasan wisata alam Pasirbatang TNGC semakin bertambah. Dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan ekosistem sehingga keberadaan burung penghisap madu menjadi berkurang. Kawasan Wisata Alam Pasirbatang TNGC berperan penting bagi habitat burung penghisap madu yang turut serta sebagai penyedia jasa ekosistem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui habitat dan populasi burung madu sebagai agen penyerbuk. Inventarisasi burung dilakukan untuk mengetahui kelimpahan burung  dilakukan dengan metode IPA. Titik pengamatan diletakan pada tipe habitat pinus, semak belukar (perdu), dan ladang . Hasil penelitian pada 3 tipe habitat menunjukan adanya perbedaan kepadatan populasi burung madu sriganti (Cinnyris jugularis).  Perebedaan tersebut diakibatkan oleh keberadaan pakan berupa nektar bunga atau buah-buahan yang ketersediannya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan iklim di habitat tersebut. Pinus menghasilkan senyawa bersifat toksik bagi tumbuhan lain maupun serangga, sehingga keberadaan Cinnyris jugularis tidak dapat ditemukan. Hasil analisis pendugaan kelimpahan di tipe habitat semak belukar 10 indiv/ha dengan jumlah rata-rata yang ditemukan pada 3 kali ulangan 3 indiv/ha. Hasil pendugaan kelimpahan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan habitat semak belukar 4 indiv/ha dengan jumlah rata-rata yang ditemukan pada 3 kali ulangan 2 indiv/ha. Besarnya kisaran populasi Cinnyris jugularis di tipe habitat ladang berkisar antara 1 sampai dengan 6 individu lebih sedikit dibanding di habitat semak belukar berkisar antara 1 sampai dengan 23 individu.


Full Text:

PDF

References


Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Cahyanti, L., Sumarni, T and Widaryanto, E, 2013, ‘Potential Allelopathy of Pine Leaf (Pinus spp.) As Bioherbicide On Pigweed (Portulaca oleraca)’, Journal Of Environmental Science, Toxicology And Food Technology (IOSR-JESTFT), vol. 7, no. 1, P. 58-53.

Marisa, H. 1990. Pengaruh Ekstrak Daun Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Tesis Pasca Sarjana Biologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

McKinnon, J Phillips, dan Balen BV. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor(ID): LIPI-Burung Indonesia

Partasasmita, R. 1998. Ekologi Makan Burung Betet, Psittacula alexandri (L.) di Kawasan Kampus IPB Darmaga. Bogor.

Partasasmita, R. 2003. Ekologi Burung Pemakan Buah dan Peranannya Sebagai Penyebar Biji. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Supartono, T. 2018. Teknik Inventarisasi Satwa Liar.Edukati Press. Kuningan.Jawa Barat.

Tortosa FS. 2000. Habitat Selection by Flocking Wintering Common Cranes (Grus grus) at Los Pedroches Valley, Spain. Etologia 8: 21-24

Tews J, Brose U, Grimm V, Tielborger K, Wichmann MC, Schwager M, and Jeltsch F. 2004. Animal species diversity driven by habitat heterogeneity/diversity: The importance of keystone structure. Journal of Biogeography 31: 79-92.

Welty, J. C. 1982. The Life of Bird. Saunders College Publishing. Philadelphia.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.