KAJIAN ETNOLINGUISTIK BENTUK DAN MAKNA PENAMAAN PETILASAN PADA MASA KERAJAAN DI KABUPATEN BLITAR

Kholilatuz Zuhria, Ho Ngoc Hieu, Daroe Iswatiningsih

Abstract


ABSTRAK: Penamaan seringkali menjadi tempat menyimpan sejarah dan makna kultural bagi masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar dengan menggunakan pendekatan etnolinguistik. Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus dengan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini diperoleh dari 2 informan, yaitu Bapak Handoko (44 tahun, Kepala Desa Serang Kabupaten Blitar) dan Ibu Sunarmi (61 tahun, juru kunci Candi Mleri). Data penelitian berupa tuturan informan yang berkaitan dengan fokus permasalahan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, rekam, dan catat. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi, mendeskripsikan, dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar terdapat dua jenis bentuk satuan bahasa yaitu, berupa (1) frasa nomina modifikatif simpleks dan (2) frasa nomina modifikatif kompleks. Pada frasa nomina modifikatif simpleks ditemukan frasa yang berstruktur nomina dan nomina,  nomina dan verba, serta nomina dan adjektiva. Sementara itu, pada frasa nomina modifikatif kompleks ditemukan frasa berstruktur kata dan frasa serta frasa dan frasa. Makna penamaan petilasan pada masa kerajaan di Kabupaten Blitar terdiri atas makna leksikal dan makna kultural. Pada makna leksikal digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu mengacu pada suatu (1) tempat, (2) bangunan, (3) daerah, dan (4) benda. Sementara itu, pada makna kultural menggambarkan pola pemikiran masyarakat untuk menyatakan (1) konservasi alam, (2) pelestarian sejarah, (3) sarana spiritual, (4) penghormatan tokoh masyarakat, dan (5) mitos.

KATA KUNCI: bentuk, etnolinguistik; Kabupaten Blitar; makna, masa kerajaan; penamaan petilasan

ETHNOLINGUISTIC STUDY OF THE FORM AND MEANING NAMING PETILASAN AT GOVERNMENT TIME IN BLITAR REGENCY

ABSTRACT: Naming is often a place to store history and cultural meaning for its people. This research describes the form and meaning of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency using an ethnolinguistic approach. This research includes a type of case study research with qualitative descriptive methods. We got the source of this research data from 2 informants, namely Mr Handoko (44 years old, Head of Serang Village of Blitar Regency) and Mrs Sunarmi (61 years old, caretaker of Mleri Temple). Research data as informant speech related to the focus of the problem. Library studies, interviews, records, and notes did data collection techniques. Data analysis techniques are performed by identifying, classifying, interpreting, describing, and concluding. The results showed that the form of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency there are two types of language unit forms as (1) simplex modification noun phrase and (2) complex modification noun phrase. In the phrase, simplex modification noun found phrases that are structured noun and noun, noun and verb, and noun and adjective. Meanwhile, in complex modification, noun phrases are found structured phrases of words and phrases, and phrases and phrases. The meaning of naming petilasan during the kingdom in Blitar Regency comprises lexical meaning and cultural meaning. It classified lexical meaning into four types, which refers to a (1) place, (2) building, (3) area, and (4) objects. Meanwhile, the cultural meaning describes the pattern of public thought to state (1) conservation of nature, (2) preservation of history, (3) spiritual means, (4) respect for community leaders, and (5) myths.

KEYWORDS: form, ethnolinguistic; Blitar Regency; meaning, government time; naming of petilasan

References


Apsari, R. W., Billah, E. N., & Insan, N. (2020). Dampak Covid-19 terhadap Pengelolaan Agrowisata Perkebunan Teh Sirah Kencong Kabupaten Blitar sebagai Obyek Wisata Berkelanjutan. EDUTOURISM Journal Of Tourism Research, 2(02), 61–72. https://doi.org/10.53050/ejtr.v2i02.139

Chaer, A. (2014). Linguistik Umum. Penerbit Rineka Cipta.

Edi Sedyawati, Hariani Santiko, Hasan Djafar, Ratnaesih Maulana, Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan, C. A. (2015). Candi Indonesia: Seri Jawa: Indonesian-English. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Fatehah, N. (2010). ( Kajian Etnolinguistik ). Jurnal Bahasa Dan Sastra UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 9(2).

Fitrahayunitisna. (2019). Kesadaran Ekologi Dalam Mitos Di Telaga Rambut Monte Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Jurnal Studi Budaya Nusantara, 3(1), 40–51.

Foley, W. A. (2001). Anthropological Linguistics: An Introduction. Blacwell Publishers.

Indonesia, P. N. R. (2014). Candi Penataran. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_timur-candi_panataran_27

Jannah, A. Z. (2020). Bentuk dan Makna pada Penamaan Selametan Masyarakat Jawa: Kajian Linguistik Antropologi. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(1), 76–88. https://doi.org/10.15408/dialektika.v7i1.13722

KBBI Daring. (2016a). bukit. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa2. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bukit

KBBI Daring. (2016b). candi. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/candi

KBBI Daring. (2016c). dandang. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa2. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dandang

KBBI Daring. (2016d). ember. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ember

KBBI Daring. (2016e). gua. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gua

KBBI Daring. (2016f). kedung. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kedung

KBBI Daring. (2016g). pertapaan. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pertapaan

KBBI Daring. (2016h). prasasti. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/prasasti

KBBI Daring. (2016i). situs. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/situs

KBBI Daring. (2016j). umbul. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/umbul

Kristiawan, A. P. (2021). Pengembangan Wisata Berbasis Cagar Budaya di Kompleks Percandian Penataran Kabupaten Blitar. Jurnal ALTASIA, 3(2), 67–76.

Maslahah, W., & Rofiah, L. (2019). Pengembangan Bahan Ajar (Modul) Sejarah Indonesia Berbasis Candi-Candi di Blitar untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah. Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 9(1), 32. https://doi.org/10.25273/ajsp.v9i1.3418

Nardiati, S. (2007). Struktur Frasa Nominal Pada Wicara Pernikahan Jawa. Balai Bahasa Yogyakarta.

Nurnaningsih. (2019). Kotamadya Surakarta ( Sebuah Kajian Etnolinguistik ) the Local Wisdom of Javanese Language in ” Tingkeban ” Tradition in Kelurahan Laweyan Kotamadya Surakarta ( an Etnolinguistic Study ). 1, 81–95.

Oktavianti, I. N. (2013). Leksikon Tempat Tinggal dalam Bahasa Indonesia: Kajian Etnolinguistik. In K. Saddhono, P. Carey, N. Yusoff, T. Mckinnon, & H. Katsuhiko (Eds.), Pengembangan Peran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Mewujudkan Generasi Berkarakter. hograrn Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan Universiras Sebelas Maret.

Pramesti, D. (2021). Makna Leksikal Dan Makna Kultural Istilah Dalam Tradisi Ngarot Di Kecamatan Lelea, Indramayu. KODE: Jurnal Bahasa, 10(1), 128–137.

Rahayu, S. (2018). Istilah-Istilah Penamaan Tempat Wisata di Kabupaten Karanganyar: Kajian Etnolinguistik. Sutasoma: Journal of Javanese Literature, 6(1), 1–8.

Ramaniyar, E. (2017). Etnolinguistik Penamaan Peralatan Rumah Tangga Tradisional Pada Bahasa Belangin Kalimantan Barat. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Santosa, M. P. S. A. (2020). Analisis Penamaan Kedai Kopi Di Surabaya: Kajian Etnolinguistik. KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 3(2), 386–399. https://doi.org/10.24176/kredo.v3i2.4788

Segara, N. B. (2017). Kajian Nilai Pada Toponimi Di Wilayah Kota Cirebon Sebagai Potensi Sumber Belajar Geografi. Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 14(1), 54–67. https://doi.org/10.15294/jg.v14i1.9777

Sugianto, A. (2017). Etnolinguistik Teori dan Praktik (S. H. Nata (ed.)). CV. Nata Karya.

Wardoyo, C., & Sulaeman, A. (2017). Etnolinguistik Pada Penamaan Nama-Nama Bangunan di Keraton Yogyakarta. Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam, 14(1), 55–76. https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v14i1.1791




DOI: https://doi.org/10.25134/fon.v18i2.5605



Copyright (c) 2022 Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

e-ISSN 2614-7718 | p-ISSN 2086-0609

 Creative Commons License

View My Stats

Jl. Cut Nyak Dien No. 36A Cijoho-Kuningan

Pos. 45513 | [email protected]